Setiap orang memiliki pasti memiliki potensi/bakat yang telah diamanahkan oleh Allah sebab manusia merupakan khalifah. Setiap orang memiliki kemampuan / potensi yang dengannya bisa memberi kemanfaatan untuk sesama dan lingkungannya. Ada orang yang punya keahlian dalam hal pertukangan, pertanian, teknologi dan sebagainya.
Amanah yang berupa keahlian tadi digunakan untuk memberi kemanfaatan pada sesama bukan untuk menarik rizki, karena soal rizki sudah ditentukan oleh Allah.
Meski hal rezki sudah mernjadi ketentuan Allah, namun ada saja manusia yang tidak sadar dan mereka merendahkan diri mereka dengan cara meminta - minta padahal mereka seandainya mau menggali apa yang ada dalam dirinya, mereka tidak akan melakukan hal itu. Rasulullah dawuh bahwa tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah.
Namun ketika seseorang menganggap bahwa keahlian yang dimiliki untuk mencari rizki, maka orang tersebut akan merasa kesulitan karena orientasinya uang/ materi. Sebaliknya jika muncul kesadaran bahwa saya dititipi kemampuan misalnya seorang tukang sadar bahwa dia diberi kemampuan Allah bisa merenovasi rumah, maka dia akan menolong orang yang membutuhkan keahliannya. Tukang tersebut bekerja dengan niat memberi kemanfaatan melalui keahliannya, berapapun uang yang dia terima dia serahkan sepenuhnya kepada Allah Zat Yang menjamin rizkinya. Jika muncul kesadaran seperti ini maka akan melahirkan kemuliaan. Dia belerja bukan untuk meminta uang tapi untuk membantu sesama yang membutuhkan jasa / keahliannya.
Begitupun dengan pedagang, seorang pedagang itu bukan sedang mencari rizki tapi sedang menunggui rizki orang. Misal pedagang baju, dia hanya sebagai penunggu baju milik orang yang akan membelinya, pedagang baju hanya membantu menunggui baju tersebut. Laku atau tidak bukan urusan pedagang tersebut, andai tidak laku berarti si empunya baju belum mengambil bajunya. Apa jika tidak laku lalu pedagang tersebut tidak makan? tidak, pedagang tersebut bisa makan karena pemberian Allah. Jika tertanam keyakinan seperti ini, maka akan muncul ketegaran.
Namun jangan sampai salah persepsi kalau begitu kita tidak perlu bekerja, menunggu sesuatu turun dari langit. Ya nggak seperti itu juga, meskipun rezeki yang ditunggu tadi datang tapi mereka yang tidak mau berusaha , tidak punya kemuliaan memberi.
Satu contoh si Fulan menjual minyak kayu putih, dia bertugas menunggu dan menyampaikan manfaat kayu putih pada pembeli yang membutuhkannya. lalu karena tidak laku, dia tutup tidak berjualan, padahal di desanya hanya dia satu - satunya penjual kayu putih. Kemudian saat dia tutup ada orang yang datang ke warungnya untuk membeli kayu putih untuk anaknya yang sakit, namun karena tutup, maka dia pulang tanpa membawa minyak kayu putih, dan membuat anaknya meninggal. Maka si Fulan ikut andil atas meninggalnya anak tadi.
Dalam hal makanpun, kita bukan karena masaknnya enak terus kita makan, tetapi kita harus makan karena perut harus dijaga kesehatannya agar tidak menyebabkan sakit. Jika kita sampai tidak makan lalu sakit maka termasuk tidak bisa menjaga amanah Allah. Kecuali saat kita niat puasa.
Jika telah muncul kesadaran bahwa rezeki itu dari Allah, maka lewat jalan apapun dan berapapun akan diterima. Ini yang disebut tata krama.
Setuju banget sama tulisan ini kakak
BalasHapusSemangat bekerja
BalasHapusBekerja dan berkreasi memang harus dilakukan agar kita bisa berkembang.
BalasHapusmoga tetap istikomah dalam berkembang dan menjadi lebih baik.
BalasHapuskemuliaan di sisi sang pencipta
BalasHapus