Kartini Masa Kini
Momentum hari Kartini buat saya adalah saat yang tepat untuk mencharge semangat hidup sebagai wanita yang berdaya, sebagai ibu serta partner pasangan hidup yang saling melengkapi. Ingat ya, partner bukan konco wingking.
Saya bisa menemukan banyak sekali wanita yang tegak berdiri di atas kaki sendiri. Di pasar dekat rumah contohnya, hampir semua pedagangnya adalah wanita, kalaupun ada bapak -bapak mungkin hanya 10 %. Mulai dari ibu - ibu pedagang sayur, pisang, atau penjual makanan yang tiap harinya dengan modal keyakinan dan doa menjemput rizkinya.
Saya juga terkesan dengan keakraban para ibu penjual tadi yang kadang menunggu lapak temannya, membantu melayani pembeli, dan mengingatkan temannya perihal kemasan yang terlalu kecil atau yang lainnya. Tak ada aura persaingan apalagi menjatuhkan, mereka saling support satu sama lain.
Meskipun begitu ada juga wanita yang mudah sekali menghakimi sesamanya. Misalnya yang masih hangat kasus ibu yang membuang bayinya lalu bayi tersebut dimakan anjing. Komentar nyinyir muncul dari sesama wanita tanpa mereka melihat akar permasalahannya, budaya judgemental rupanya sudah jadi ciri khas masyarakat kita. Ketika melihat tetangga yang pulang malam pasti sudah menjadi topik ghibah yang menarik. Mereka tak mau khusnudzon kenapa bisa pulang malam, mungkin tempat mereka bekerja sedang banyak pekerjaan sehingga mau tidak mau harus lembur atau beban finansial yang harus dipenuhi dengan kerja keras lebih dari biasanya yang orang lain nggak tahu tapi sudah fasih menilai.
Mereka wanita yang keluar dari zona nyaman dan menabrak segala keterbatasan untuk melanjutkan roda kehidupan yang tak pernah berhenti dan telah siap dengan resiko yang harus dihadapi. Kenapa kita sebagai sesama wanita yang mungkin lebih beruntung nasibnya karena semua kebutuhan dicukupi suami tidak saling menguatkan serta memberi dukungan satu sama lain?
Bagaimana cara agar kita tidak nyinyir atau suka menjadi komentator dapur orang lain? Jadilah yang terbaik versi dirimu, berkompetisilah dengan dirimu sendiri, maka kamu tak akan sempat menilai apalagi menghakimi orang lain karena waktumu telah habis oleh hal yang produktif. Jadilah ibu rumah tangga yang baik dengan menyelesaikan seluruh tanggung jawab terutama membimbing anak-anak, sebab ibu adalah tiang negara. Jika ingin merusak suatu negara, maka rusaklah para wanitanya. Karena wanita atau ibu adalah madrasah pertama bagi putra putrinya yang dari tangan ibu mereka belajar mengenai kasih sayang serta banyak ketrampilan lain guna menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya.
Tetap semangat para wanita Indonesia, karena kalian kunci dari kejayaan bangsa.
Komentar
Posting Komentar