Bagaimana mengukur bahwa apa yang kita pilih itu adalah pilihan yang tepat, dalam hal ini memilih pasangan hidup. Ada banyak pasangan harus mengakhiri pernikahannya karena ternyata orang yang pada awalnya diyakini akan selamanya menjadi pasangan akhirnya berkhianat atau pelan - pelan menunjukkan sifat aslinya. Tampan tak menjamin setia, kaya tak jaminan akan memperlakukan pasangannya dengan penuh kasih. Ada beberapa wanita yang bertahan disakiti terus menerus karena takut kehilangan segala fasilitas kemewahan, meski hati remuk redam.
Saya punya tips sendiri memilih pasangan yang baik. Kenapa baik, karena tampilan soleh belum tentu jaminan dia penyayang. Lihatlah lingkungan darimana dia dibesarkan, khususnya ibu. Ibu adalah pencetak generasi. Sifat buruk anak sebagian besar menurun dari ibu, maka pastikan pasanganmu lahir dari wanita yang solihah. Apakah solihah diukur dari pakaian yang dikenakan, oh tentu tidak. Tapi dari seberapa dia welas asih pada sesama, bukan cuma anaknya saja.
16 tahun menikah tak membuat kami berhenti untuk belajar menghormati satu sama lain. Kami harus meluangkan waktu berdua untuk mengeluarkan segala unek - unek satu sama lain. Apa yang menurut saya tak nyaman dari dia harus disampaikan, begitu juga sebaliknya.
Kami bukan tipe orang yang jika ada masalah menghindar pergi, secepat mungkin harus diselesaikan dan jangan sampai orang lain tahu, terutama keluarga. Kami sama-sama punya prinsip harus gagah di depan orang lain, meski sebenarnya ya gitu deh, mumet. Tapi memelas dihadapan orang lain hanya akan menjadi beban, bahkan ditertawakan.
Kami berdua harus bertumbuh
Komentar
Posting Komentar