Menulis puisi memang tak semudah menulis prosa / karangan bebas. Butuh diksi yang indah, ide yang muncul pun hasil dari melihatt keindahan dan penafsiran punbeda beda, antar pembaca dan si pembuat puisi punya interprestasi beda. Semakin sulit dipahami, apakah semakin bagus puisinya? Entahlah, tapi buatku setiap tulisan punya pembacanya sendiri.
Orang yang pandai menulis puisi atau bisa disebut sastrawan mampu memaksimalkan panca indranya. Melihat keindahan langit tatkala bulan undur diri digantikan dengan matahari yang sepanjang hari membantu manusia berkejaran dengan waktu mengejar impian - impiannya. Menyesap nikmatnya kopi sembari mendengar riuh kicau burung yang gembira menyambut mentari, menclok dari satu ranting ke ranting yang lain, demi mencari satu dua serangga lalu menari , bertasbih, begitu seterusnya sampai senja lalu kembali ke sarangnya.
Puisi lahir dari kerinduan yang mendalam, padahal adanya rindu karena cinta. Jadi, puisi lahir dari seorang pencinta, seorang pencinta pasti memiliki kelembutan hati yang nantinya bisa dibaca dari keindahan dari setiap bait puisinya.
Orang yang keras dan kaku tak mampu menulis puisi yang indah, sekedar menulis mungkin bisa. Bahkan parahnya, sekarang banyak kasus plagiasi puisi/karya. Mereka mencuri karya orang lain demi nama dan pastinya materi.
Buat jomlo harusnya mereka bisa lebih banyak melahirkan puisi karena hidupnya sudah pernah mengecap gagal dicuekin gebetan, atau sudah sedemikian banyak berkorban nyatanya malah dia jagain jodoh orang. Pengalaman manis pahit masam yang jadi satu itu mestinya bisa melahirkan karya yang bagus jika dibarengi dengan kegemaran membaca.
Komentar
Posting Komentar